Jombang (Antara Jatim) - KH Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama disebut oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan sebagai salah seorang tokoh penting yang telah melahirkan semangat nasioalisme, yang juga mampu memengaruhi kehidupan serta pemikiran Islam di Tanah Air.
"Jargon 'Hubbul wathan minal iman' (cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman), yang ditegaskan lagi dengan seruan resolusi jihad, menjadi pegangan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan dengan pekikan takbir," katanya saat menghadiri seminar tentang resolusi jihad, membedah pemikiran dan perjuangan KH Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu.
Ia mengatakan, Kiai Hasyim merupakan seorang kiai yang juga menyerukan resolusi jihad, yang bahkan menjadi pegangan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan. Dengan resolusi jihad, semangat para santri membara, sehingga bersatu padu mengusir penjajah.
"Tanpa jargon yang dilontarkan KH Hasyim Asy'ari tersebut, mungkin kita tidak akan pernah mendengar orasi berapi-api dari Bung Tomo dengan pekikan Allohu Akbar, yang menggelorakan semangat Arek-arek Suroboyo untuk melakukan perlawanan," ujarnya dalam acara tersebut.
Dengan jargon tersebut, kata dia, umat Islam di seluruh Nusantara saat itu memiliki pemahaman yang baru, bahwa berjuang untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan juga termasuk dalam kategori jihad dan berstatus hukum "Fardlu 'ain" alias wajib atas setiap Muslim.
Ia mengatakan, Islam juga menjadi modal pergerakan yang ternyata mampu memobilisasi sangat banyak orang tanpa rasa takut. Hal itu telah ditunjukkan oleh KH Hasyim yang ternyata dengan perjuangan itu mampu mengusir penjajah.
Pria kelahiran Lampung tersebut juga menambahkan, jika bukan ulama sekelas Kiai Hasyim, jargon tersebut pasti akan dianggap ahistoris dan kurang memiliki landasan serta sumber-sumber otoritatif dalam Islam.
"Namun, karena Kiai Hasyim yang melontarkannya, maka tidak ada yang berani mengatakan demikian. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap bahwa jargon 'Hubbul wathan minal iman' tersebut adalah hadits," katanya.
Zulkifli juga mengaku mengagumi artikulasi pemikiran Kiai Hasyim tentang nasionalisme, dimana agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan.
Gagasan dan langkah Kiai Hasyim juga tercermin dalam langkah putranya, KH Wachid Hasyim saat menjadi anggota BPUPKI dan perumusan Pancasila. Pancasila akhirnya disepakati menjadi dasar negara.
"Dengan segala dinamikanya, Pancasila akhirnya disepakati menjadi landasan falsafah bernegara kita. Siapapun tidak akan pernah bisa mengingkari bahwa keseluruhan sila Pancasila sangat selaras dengan agama. Terutama dengan agama Islam," ujarnya.
Ia juga menegaskan, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa prinsip-prinsip dalam keseluruhan sila Pancasila sesungguhnya adalah perasan dari doktrin dasar Islam yang ditransformasikan ke dalam konsepsi dasar bernegara. Diharapkan, ke depan umat Islam mampu menadi pelopor kemajuan serta keutuhan NKRI.
Dalam kegiatan tersebut, Rektor Universitas Hasyim Asy'ari yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang KH Sholahuddin Wahid mengatakan di pesantren ini mendirikan pusat kajian pemikiran KH Hasyim Asy'ari. Tempat ini didirikan untuk menelaah, mengkaji serta mengaktualisasikan kembali pemikiran-pemikiran KH Hasyim Asy'ari.
Di seminar itu, selain dihadiri Ketua MPR Zulkifli Hasan, Kh Sholahudin Wahid, serta sejumlah pemeteri lainnya seperti Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi, mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan dan pakar sejarah Ali Haidar.
Dalam acara tersebut juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dan kerjasama antara MPR RI dan Universitas Hasyim Asy'ari Jombang untuk mensosialisasikan Empat Pilar. (*)