Malang (Antara Jatim) - Sosoknya sudah mulai menua, bahkan bisa dibilang renta di usianya yang menginjak angka 90 tahun, namun kepiawaiannya membuat payung kertas dengan berbagai desain, corak dan ornamen gambar tak diragukan lagi.
Mbah Rasimun, Sang Maestro Seni Payung Kertas asal Kota Malang ini telah mengukir prestasi membanggakan. Warga Jalan Laksamana Adi Sucipto Gang Taruna 3, RT 04, RW 03, Kelurahan Pandanwangi, Blimbing, Kota Malang ini telah memikat Sri Paduka Mangkunagoro IX Kasunanan Surakarta dan Mataya.
Di usianya yang sudah renta itu, tak menyurutkan semangat atau mematikan jiwa seninya yang dituangkan dalam lembar-lembar kertas dan selanjutnya dirangkai menjadi sebuah payung "cantik". Atas dedikasinya yang tinggi dalam melestarikan seni dan budaya Indonesia itu pulalah, Mbah Rasimun mendapat penghargaan sekaligus gelar sebagai maestro seni payung Indonesia.
Meski kabar penghargaan dari pihak Kasunanan Surakarta dan Mataya itu tidak langsung diterima secara langsung olehnya, tetapi melalui putra putinya, yakni Rusikin (38) dan Yuyun Sulastri dari Karya Bumi Ngalam (Kabunga) yang selama ini membantu pengembangan karya sang maestro, Mbah Rasimun tak risau sama sekali.
Bahkan, kabar itu langsung diapresiasi dan Mbah Rasimun terbang ke Surakarta untuk menerima secara langsung penghargaan dari Kasunanan Surakarta maupun Mataya tersebut. Selama di Surakarta, Mbah Rasimun juga sempat menunjukkan bagaimana kepiawaiannya mengukir payung kertas di depan publik yang mengelilinginya.
Rusikin sang putra mengaku sangat bangga atas penghargaan yang diperoleh ayahnya itu. Ia menceritakan Mbah Rasimun sudah membuat payung kertas sejak tahun 1945 dan konsisten hingga saat ini.
Awalnya, payung kertas hasil kreasi Mbah Rasimun ini dijual di beberapa lokasi, namun atas keteguhannya terus berkreasi, payung buatan Mbah Rasimun kini bisa menembus pasar internasional. Ia mengaku bangga karena sang ayah mendapatkan penghargaan dari Sri Paduka Mangkunagoro IX dan Mataya.
Kesuksesan Mbah Rasimun mengangkat Kota Malang di level nasional hingga internasional melalui seni payung kertas memberikan motivasi tersendiri bagi warga sekitar untuk berkreasi mengembangkan seni pembuatan payung. Warga bersama dengan tokoh masyarakat kini aktif berdiskusi untuk mengembangkan Kampung Payung sebagai destinasi wisata tematik baru yang sudah dikembangkan Kota Malang.
Sementara itu putri Mbah Rasimun, Yuyun yang mengembangkan seni tersebut melalui lembaga Karya Bunga Ngalam yang selama ini membantu pengembangan karya sang maestro dirinya sedang menyiapkan kolaborasi payung kertas buatan ayahnya dengan lukisan Topeng Malang. Karya itu akan dinamakan "Payung Ngepot", dimana kata Ngepot sendiri merupakan bahasa 'walikkan' dari Topeng.
Ia akan bekerja sama dengan seni lukis topeng di Desaku Menanti yang ada di Tlogowaru, Kedungkandang. Kolaborasi ini diharapkan menjadi hal yang sangat positif di masa mendatang.
Sebenarnya kolaborasi serupa sudah dilakukan Kabunga. Waktu itu payung kertas hasil kreasi Mbah Rasimun dikombinasi dengan lukisan para pelukis ternama Kota Malang. Hasilnya, Payung Kertas itu laris manis di pasaran hingga dipesan wisatawan dari Jepang, Prancis dan dalam waktu dekat Mbah Rasimun diundang ke Thailand.
Yuyun mengaku bangga memiliki maestro seni payung kertas asal Kota Malang. "Setelah Mbah Rasimun mendapat penghargaan, warga sekitar semangat untuk mengembangkan seni tersebut. Tentunya ini adalah peluang yang baik bagi tumbuhnya ekonomi warga sekitar," ujar Yuyun.(*)
Mbah Rasimun, Maestro Pelestari Payung Kertas dari Malang
Minggu, 1 Oktober 2017 7:00 WIB