Malang (Antara Jatim) - Praktisi energi baru dan terbarukan Dr Syarif Riyadi mengemukakan saat ini Indonesia membutuhkan perusahaan yang berbasis "research analysis" yang memanfaatkan energi terbarukan secara tepat guna .
"Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia sangat mungkin untuk menciptakan energi terbarukan. Harapan kami pada 2040 Indonesia dapat mengejar ketertinggalan penciptaan dan pemanfaatan energi terbarukan," kata Riyadi di sela kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut founder Energy Academy Indonesia tersebut, dengan penciptaan an pemanfaatan energi terbarukan tersebut, Indonesia akan menjadi pengekspor energi terbarukan bagi negara-negara yang membutuhkan dan minim sumber daya penciptaan energi terbarukan.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia sudah saatnya memberikan dukungan bagi riset produksi electrical-vehicle sebagai aktualisasi persiapan Indonesia menghadapi degradasi bahan bakar yang digunakan sekarang, khususnya yang dieksplorasi dari sumber daya alam.
Ia mengatakan Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan dan berinovasi dengan energi terbarukan. Di negara-negara Uni Eropa seperti Jerman dan Belanda, permintaan untuk penggunaan transportasi berteknologi energi terbarukan sudah mulai berkembang secara konsisten.
Bahkan, kata Riyadi yang memiliki pengalaman sepuluh tahun bekerja dan meneliti di bidang energi terbarukan di berbagai negara Eropa itu, Belanda mentargetkan pada 2025 untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak. "Sayangnya, sekarang Indonesia masih harus puas dengan hanya menjadi distributor produk energi terbarukan dari negara Eropa, bukan sebagai pengeskpor," ucapnya.
Karena itu, katanya, Indonesia membutuhkan perusahaan berbasis research analysis yang memanfaatkan energi terbarukan tersebut. "UMM sudah mengawali sebagai kampus sadar energi terbarukan dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, kampus UMM memanfaatkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan tenaga surya. Dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan tersebut, UMM bisa menghemat biaya listrik sekitar Rp50 juta sampai Rp60 juta per bulan.
Sementara itu, founder Energy Academy Indonesia lainnya, Desti Alkano mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya, 20 tahun lagi perusahaan penyedia layanan listrik di Indonesia akan mengalami kebangkrutan jika tidak mengubah bentuk pelayanan menjadi "smart-grids innovation".
"Smart grids innovation ini salah satunya sudah kami kembangkan di Belgia," katanya.
Smart grid adalah jaringan listrik pintar yang mampu mengintegrasikan aksi-aksi atau kegiatan dari semua pengguna, mulai dari pembangkit sampai ke konsumen dengan tujuan agar efisien, berkelanjutan, ekonomis dan suply listrik yang aman, serta mengurangi emisi karbon.***3***
Founder EAI: Indonesia Membutuhkan Perusahaan Berbasis "Research Analysis"
Jumat, 29 September 2017 8:38 WIB