Surabaya (Antara Jatim) - Perusahaan Daerah Rumah Potong Daerah (RPH) Surya Kota Surabaya meminta suntikan modal kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk revitalisasi RPH yang belum pernah direvitalisasi sejak tahun 1927.
"Kami memperkirakan penyertaan modal sekitar Rp30 miliar," kata Dirut PD RPH Teguh Prihandoko usai rapat dengar pendapat di Komisi B DPRD Surabaya, Selasa.
Menurut dia, bangunan rumah potong 30 persennya sudah tidak layak, butuh sekali pembangunan ulang untuk revitalisasi, baik RPH yang di Kedurus maupun yang di Pegirikan.
Ia menyebutkan kondisi alat dan juga tempat pemotongan hewan di perusahaannya sudah tidak layak pakai. Ia mencontohkan alat pemotongan hewan sudah lama, bangunan fisik sudah banyak yang hancur, selain itu kandang sapi dan hewan yang lain juga sudah tidak layak digunakan.
"Yang di Kedurus sudah hancur total. Kandangnya rusak. Selain itu di Kedurus, tempat air minum kandang hanya sepuluh meter dari sungau. Kalau air meluap sedikit saja kandang bisa banjir dan limbah kandang bisa masuk sungai dan bisa jadi pelanggaran hukum," kata Teguh.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pihakanya ingin agar RPH Pegirikan dan Kedurus bisa mendapatkan bantuan modal untuk revitalisasi. Sebab jika tidak selain akan terus menghabiskan dana untuk perbaikan juga membahayakan keselamatan pekerja.
Selain itu, Teguh menyebutkan pihaknya juga butuh modal tersebut untuk membangun instalasi pengolahan air limbah. Sebab saat ini IPAL yang ada di RPH hanya sederhana saja, tidak sampai mengolah rumen dan kotoran limbah pemotongan hewan.
"Setiap hari kami harus membawa limbah pemotongan hewan sampai 7 ton per hari ke TPA Benowo. Kalau saja ada pengolahan tentu biaya pengiriman ke TPA yang mencapai Rp400 juta per tahun bisa dipangkas," kata Teguh.
Selain itu, lanjut dia, pengajuan modal juga akan dipakai untuk pengembangan usaha rumah daging. Hal itu dikarenakan RPH mulai tahun ini memiliki usaha baru menjual daging porong segar.
"Dengan suntikan modal, kami yakin bisa membuat RPH untung dan menghasilkan deviden. Kalau dihitung kasar sekitar Rp30 miliar. Saat ini sedang kami susun untuk pengajuan detailnya," kata Teguh.
Namun yang mereka inginkan adalah revitalisasi fisik bisa segera dikerjakan. Agar ada timbal balik yang sesuai dengan kualitas layanan dan pemasukan yang bisa dihasilkan dari RPH Pegirikan bisa lebih optimal.
Sebab, lanjut dia, tiga tahun belakangan perusahaan daerah ini selalu rugi dengan kisaran Rp220 juta. Tahun 2016 kerugian mengecil menjadi Rp40-an juta. Tahun ini, disampaikan Teguh dengan inovasi jual daging segar, penjualan hewan kurban, RPH bisa balik modal saja sudah bagus.
"Kami berharap akhir tahun 2017 ini sudah ada keputusan terkait pengajuan revitalisasi ini. Sebab sangat penting. Kalau tidak segera diperbaiki saya khawatir justru akan mengancam keselematan pekerja dan kemanan hewan kita," katanya.
Kepala Bagian Perekonomian Pemkot Surabaya Khalid mengamini bahwa Pemkot saat ini sedang memberikan kesempatan pada PD RPH untuk mendata kebutuhan yang mereka perlukan. Dari pendataan itu mereka diberi kesempatan untuk mengajukan prosposal untuk pengembangan perusahaan.
"Saat ini mereka sedang membuat rincian kebutuhannya. Nanti kalau sudah selesai dan dilaporkan ke kita, baru bisa kita lihat, memungkinkan atau tidak," kata Khalid.
Sebab, lanjut dia, Pemkot Surabaya juga ingin agar rumah potong hewan kinerja perusahaannya bisa meningkat. Lebih banyak hewan yang dipotong dan lebih bermanfaat bagi warga Surabaya. (*)
Video oleh: Abdul Hakim