Surabaya (Antara) – Komunitas penyair dan fotografer Surabaya berkolaborasi dalam pameran bertajuk “Satu” di Galeri House of Sampoerna Surabaya, yang mendorong generasi muda untuk lebih giat berliterasi.
Salah satu penyair yang tergabung, Wina Bojonegoro mengatakan tidak ada alasan bagi remaja untuk tidak berkreasi dan berliterasi mengingat era kecanggihan dan kemudahan akses teknologi sekarang.
“Anak muda kini sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi, misalnya pengen belajar nulis dan fotografi tinggal browsing aja tekniknya, jadi tidak ada alasan untuk tidak berkarya,” ujarnya di sela persiapan pameran (9/8).
Wina juga menuturkan, dari pameran yang dibuka mulai 10 Agustus hingga 2 September ini, ia ingin memotivasi dan mengembalikan budaya literasi masyarakat, terutama remaja. Hal ini terlihat dari adanya Pohon Puisi yang setiap buahnya tersedia kertas yang bisa ditulisi oleh pengunjung.
Pameran ini bermula dari sepuluh sahabat yang terdiri dari lima penyair dan lima fotografer yang berkolaborasi. "Proyek ini berawal dari ketidaksengajaan kita berkumpul dan bertemu di berbagai acara maupun proyek seni," kata Wina.
Ia mengatakan, pameran yang telah disiapkan dalam dua tahun terakhir ini menampilkan 25 foto dan 15 puisi. “Sebenarnya ada 50 foto dan 50 puisi, sisanya akan kita cetak dalam sebuah buku kumpulan puisi dan foto,” tambah wanita berkerudung ini.
Dalam pameran ini, penyair dan fotografer sengaja menggabungkan kedua seni guna saling melengkapi. Menurut salah satu fotografer, Peter Wang, imajinasi yang didapat pembaca dari puisi akan dilengkapi dengan visualisasi dari foto, dan begitu pula sebaliknya.
Untuk proses pengerjaan, diakui Peter, terkadang penyair dulu yang membuat puisi kemudian fotografer mencari visualisasinya, juga terjadi sebaliknya.
Peter mengaku dalam prosesnya, tantangan terbesar yakni menyatukan visi dan ide dari sepuluh kepala yang berbeda. “Perlu waktu lama untuk berdiskusi, perjuangannya juga sulit untuk bisa klik di konsepnya,” kata Peter.
Peter berharap, dalam acara ini dapat memicu teman-teman yang lain untuk mencoba sesuatu hal baru, terutama anak-anak muda bisa terinspirasi.
“Harapannya pameran ini bisa jadi inspirasi untuk acara yang lebih besar di Surabaya, misalnya nanti mau bikin ART SUB seperti ART JOG yang kapan lalu di Yogyakarta,” ujar Peter yang kesehariannya menjadi pengusaha.
Pameran ini diikuti lima fotografer yaitu Peter Wang, Mamuk Ismuntoro, Haryo Suryo Kusumo, B.G Febiola Natasha, Leo Arif Budiman. Juga lima penyair yaitu Heti Palestina Yunani, Vika Wisnu, Didik Siswantoro, Sol Amrida dan Wina Bojonegoro.
Dalam pameran, karya foto yang ditampilkan tak hanya dicetak pada kertas foto saja, namun di beberapa media seperti di atas kanvas, kain, stiker, lampion, hingga papan kayu.
Sedangkan untuk puisinya, tak hanya ditulis pada selembar kertas, tapi juga ditulis dengan lipstik di kaca, kapur di atas papan tulis, diketik dengan mesin tik, di dalam format audio, hingga di atas sofa kanvas. (*)