Surabaya (Antara Jatim) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Jawa Timur mencatat prediksi kebutuhan uang baru pada Ramadhan dan Lebaran 2017 di wilayah setempat mencapai Rp29,6 triliun, atau meningkat 26,4 persen dibanding tahun 2016 yang kebutuhannya sebesar Rp21,8 triliun.
"Prediksi itu muncul setelah kami melakukan rapat bersama perbankan, dan hasilnya tahun ini diprediksi naik 26,4 persen dibanding tahun 2016 lalu," kata Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah BI Kantor Perwakilan Jatim, Titien Sumartini di Surabaya, Kamis.
Ia mengatakan, total uang itu merupakan angka proyeksi dan bisa berubah sewaktu-waktu, apabila ada beberapa perbankan di Jatim yang mengajukkan kembali kebutuhannya.
Titien menjelaskan, angka itu terbagi dari kebutuhan perbankan di seluruh Jatim yang diwakili oleh empat kantor perwakilan BI di Jatim, masing-masing Surabaya Rp15,5 triliun, Malang Rp3,5 triliun, Kediri Rp6,3 triliun, serta Jember Rp4,3 triliun.
"Data ini merupakan sebagai dasar proyeksi permintaan masyarakat. Namun kami masih akan melakukan pertemuan lagi pada 9 Mei 2017 untuk melakukan apa perlu dilakukan koreksi atau tidak," katanya.
Titien menjelaskan, kenaikan kebutuhan uang di setiap Ramadhan dan Lebaran dikarenakan faktor budaya dan peningkatan daya beli masyarakat, serta untuk tahun 2017 karena adanya libur panjang, pembayaran THR lebih awal dan kebutuhan anak sekolah yang berbarengan dengan Lebaran.
"Kami juga telah mengantisipasi tingginya permintaan uang pada setiap momen Lebaran. Dan pada 2017 kami telah bekerja sama dengan Pegadaian dan Kantor Pos untuk membuka cabang penukaran uang di beberapa lokasi," katanya.
Selain itu, kata dia, BI Jatim juga melayani penukaran uang melalui kas keliling yang bekerja sama dengan perbankan dan lembaga lain, serta membuka kas keliling kerja sama dengan 11 bank selama 10 hari, seperti penukaran di Lapangan Makodam Surabaya selama 11 hari.
Oleh karena itu, Titen mengimbau masyarakat agar melakukan penukaran di loket resmi seperti PT Pos Indonesia dan Pegadaian, serta tidak melakukan penukaran di pinggir jalan, karena khawatir ada yang palsu serta adanya selisih nilai.(*)