"Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sangat rawan terhadap gangguan alam yang dapat mempengaruhi kinerja PLN dalam melayani penyaluran tenaga listrik," katanya di kampus setempat, Minggu.
Selain itu, gangguan itu juga dapat merusak peralatan listrik pelanggan maupun, untuk menghindari, terdapat seperangkat sistem proteksi yang berguna untuk melindunginya, seperti sistem proteksi Kubikel 20Kv.
"Salah satu bagian dari kubikel 20Kv itu adalah Pemutus Tenaga (PMT) yang berfungsi sebagai penggerak mekanis operasional aliran tenaga listrik. Selain itu berfungsi melepas sirkuit ketika ada gangguan hubung singkat mencegah pemadaman yang lebih luas," ucapnya.
Dia menjelaskan kendala PMT feeder yakni gagal trip ketika rele proteksi telah mengirimkan perintah trip sehingga menyebabkan PMT incoming feeder trip, yang berakibat pada pemadaman lebih luas.
Selain itu kontak PMT juga tidak dapat dilihat untuk mengetahui kondisi kontak PMT, sehingga dapat menimbulkan panas dan mengakibatkan kerusakan pada PMT.
“Alat monitoring yang saya kembangkan ini dapat mengamankan gangguan hubungan singkat pada saluran tenaga listrik,” ujarnya.
Komponen alat yang dikembangkan dengan biaya Rp 4 sampai 5 juta ini di dalamnya terdapat perangkat seperti sensor tegangan, sensor suhu LM35, sistem minimum mikrokontroler Arduino Mega 2560, penampil LCD Karakter 20x4, indikasi audio, dan visual.
"Mikrokontroler berguna untuk mengolah data masukan digital dari optocoupler melalui port Digital input dan analog (mV) dari sensor LM35, kemudian dikoversikan mikrokontroler dan ditampilkan dalam bentuk derajat Celcius pada LCD Karakter 20x4 serta keluaran indikasi audio dan visual," katanya. (*)
Video oleh : Willy I