Surabaya (Antara Jatim) - Kota Surabaya berkeinginan mempunyai pasar tradisional seperti pasar Sindu di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar, Bali yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara karena terkenal kebersihannya.
"Kami telah melakukan kunjungan ke Pasar Sindu beberapa hari lalu. Kami berharap Surabaya bisa mencontohnya," kata Kepala Sub Bagian Layanan Informasi Bagian Humas Pemkot Surabaya Jefry di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Pasar Sanur merupakan pasar terbaik karena meraih
penghargaan sebagai pasar pengelolaan terbaik se-Asia tenggara. Dengan
demikian, hasil kunjungan tersebut nantinya akan disampaikan kepada
Perusahaan Daerah Pasar Surya selaku pengelola pasar di Surabaya agar
bisa membenahi pasar-pasar tradisional menjadi lebih baik lagi.
"Kami berharap timbul kesadaran bagi para pelaku pasar untuk membenahi pasar lebih bagus," katanya.
Jika selama ini, lanjut dia, pasar tradisional terkesan kotor,
kumuh dan pengap, maka setidaknya mulai saat ini berbenah untuk menjaga
lingkungannya lebih bersih dan nyaman.
"Kami optimistis Surabaya mampu untuk itu. Memang perlu ditekankan
akan pentingnya kebersihan seperti di pasar Sindu. Jika pasar itu
bersih, rapi, tertata dan tertib, maka pembeli akan senang," katanya.
Pengelola Pasar Sindu Made Sudarta mengatakan pasar yang mempunyai
luas 52 are murni dibangun dari swadaya desa dan dikelola oleh Yayasan
Pembangungan Sanur yang bertujuan untuk kesejahteraan desa.
Selain itu, lanjut dia, pasar Sanur memiliki 150 pedagang yang
memiliki stan di dalam pasar dan 70 toko di luar. Ia mengatakan pasar
yang dibangun dengan menghabiskan biaya Rp3,5 miliar menjadi kebanggaan
warga desa karena pemerintah kota setempat selalu menjadikan percontohan
pasar-pasar lain.
Walau menyandang sebagai pasar tradisional, pasar Sindu banyak
dikunjungi wisatawan asing yang mau berbelanja. "Pasar Sindu mulai
beroperasi sejak pukul 03.00 WITA berakhir sampai 12.00 WITA. Bahkan di
sore hari di area parkir pasar Sindu ditempati pasar senggol hingga
pukul 22.00 WITA," ujarnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkot Denpasar Ida Bagus Rohoela
mengatakan alasan pasar di Bali rata-rata banyak pengunjungnya karena
tidak hanya berfungsi sebagai transaksi jual beli, namun juga sebagai
tempat kegiatan sosial serta ada aspek budaya di dalamnya.
"Sehingga pasar bisa kita jaga kebersihan dan kenyamanannya. Agar kegiatan transaksi yang terjadi merasa nyaman," katanya.
Sementara itu, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian Kota Denpasar,
Lasmi Sarasati menyatakan selain pasar Sindu, Pasar Agung di Denpasar
juga dinobatkan sebagai pasar percontohan nasional.
Pemkot Denpasar mendapat bantuan revitalisasi Pasar Agung dari
pemerintah pusat. Usai dilakukan revitalisasi omzetnya meningkat dari
sebelumnya sekitar Rp2 miliar, kini menjadi Rp5 miliar.
"Hampir semua pasar yang ada di Denpasar menempati area kelas B," ujarnya.
Dia melanjutkan, sistem pengelolaan yang dikembangkan pada pasar
tradisional dengan membentuk sekolah pasar rakyat, diadakan pelatihan.
"Sistem pengelolaan pasar rakyat yang masih menganut pasar tawar
menawar. Hal ini sebagai penguatan jati diri masyarakat Kota Denpasar,"
katanya.(*)
"Kami telah melakukan kunjungan ke Pasar Sindu beberapa hari lalu. Kami berharap Surabaya bisa mencontohnya," kata Kepala Sub Bagian Layanan Informasi Bagian Humas Pemkot Surabaya Jefry di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Pasar Sanur merupakan pasar terbaik karena meraih
penghargaan sebagai pasar pengelolaan terbaik se-Asia tenggara. Dengan
demikian, hasil kunjungan tersebut nantinya akan disampaikan kepada
Perusahaan Daerah Pasar Surya selaku pengelola pasar di Surabaya agar
bisa membenahi pasar-pasar tradisional menjadi lebih baik lagi.
"Kami berharap timbul kesadaran bagi para pelaku pasar untuk membenahi pasar lebih bagus," katanya.
Jika selama ini, lanjut dia, pasar tradisional terkesan kotor,
kumuh dan pengap, maka setidaknya mulai saat ini berbenah untuk menjaga
lingkungannya lebih bersih dan nyaman.
"Kami optimistis Surabaya mampu untuk itu. Memang perlu ditekankan
akan pentingnya kebersihan seperti di pasar Sindu. Jika pasar itu
bersih, rapi, tertata dan tertib, maka pembeli akan senang," katanya.
Pengelola Pasar Sindu Made Sudarta mengatakan pasar yang mempunyai
luas 52 are murni dibangun dari swadaya desa dan dikelola oleh Yayasan
Pembangungan Sanur yang bertujuan untuk kesejahteraan desa.
Selain itu, lanjut dia, pasar Sanur memiliki 150 pedagang yang
memiliki stan di dalam pasar dan 70 toko di luar. Ia mengatakan pasar
yang dibangun dengan menghabiskan biaya Rp3,5 miliar menjadi kebanggaan
warga desa karena pemerintah kota setempat selalu menjadikan percontohan
pasar-pasar lain.
Walau menyandang sebagai pasar tradisional, pasar Sindu banyak
dikunjungi wisatawan asing yang mau berbelanja. "Pasar Sindu mulai
beroperasi sejak pukul 03.00 WITA berakhir sampai 12.00 WITA. Bahkan di
sore hari di area parkir pasar Sindu ditempati pasar senggol hingga
pukul 22.00 WITA," ujarnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkot Denpasar Ida Bagus Rohoela
mengatakan alasan pasar di Bali rata-rata banyak pengunjungnya karena
tidak hanya berfungsi sebagai transaksi jual beli, namun juga sebagai
tempat kegiatan sosial serta ada aspek budaya di dalamnya.
"Sehingga pasar bisa kita jaga kebersihan dan kenyamanannya. Agar kegiatan transaksi yang terjadi merasa nyaman," katanya.
Sementara itu, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian Kota Denpasar,
Lasmi Sarasati menyatakan selain pasar Sindu, Pasar Agung di Denpasar
juga dinobatkan sebagai pasar percontohan nasional.
Pemkot Denpasar mendapat bantuan revitalisasi Pasar Agung dari
pemerintah pusat. Usai dilakukan revitalisasi omzetnya meningkat dari
sebelumnya sekitar Rp2 miliar, kini menjadi Rp5 miliar.
"Hampir semua pasar yang ada di Denpasar menempati area kelas B," ujarnya.
Dia melanjutkan, sistem pengelolaan yang dikembangkan pada pasar
tradisional dengan membentuk sekolah pasar rakyat, diadakan pelatihan.
"Sistem pengelolaan pasar rakyat yang masih menganut pasar tawar
menawar. Hal ini sebagai penguatan jati diri masyarakat Kota Denpasar,"
katanya.(*)
Video oleh : Abdul Hakim