Surabaya, (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo memprediksi pertumbuhan ekonomi di daerahnya pada 2017 mencapai 5,6- 5,7 persen karena adanya faktor internal dan eksternal, seperti konsumsi stabil, investasi, rasa aman, dan nyaman.
"Saya optimistis kondisi ekonomi Jatim pada 2017 akan berjalan sangat bagus, dan diperkirakan tumbuh 5,6-5,7 persen, dan konsumsi masyarakat tetap stabil, karena faktor eksternal berupa kondisi aman dan nyaman yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jatim," kata Soekarwo saat memberikan paparan "Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016 dan Outlook Perekonomian 2017" di Surabaya, Selasa.
Soekarwo yang akrab dipanggil Pakde Ka2 rwo, ini mengaku rasa optimistis tersebut juga dikarenakan masyarakat Jatim yang mempunyai sifat pekerja keras, terbuka, serta rasionalitasnya baik, ditambah komunikasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah yang turut menjaga stabilitas politik, sehingga menjadi faktor pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2017.
"Saya menjamin Jawa Timur iklimnya aman dan nyaman untuk investasi, jadi kepada para investor anda tepat berada di Jatim," katanya.
Namun demikian, Pakde mengaku pada tahun 2017 Jatim masih menghadapi tantangan, yakni di sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan.
Ia menjelaskan, pada sektor pertanian mutasi lahan sekitar 1.100 hektare per tahun masih akan terjadi, dan sektor industri impor bahan baku masih tinggi yakni sebesar 79,83 persen, serta tantangan di sektor perdagangan berupa biaya logistik yang masih tinggi.
"Oleh karena itu, pasar dalam negeri kita harus diperkuat, sebab 75 persen barang di Pelabuhan Tanjung Perak dibawa ke Ambon baliknya hanya 10 persen. Masalah Logistik dan konektifitas ini harus menjadi fokus dalam perdagangan dalam negeri," katanya.
Pakde meminta kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat, khususnya untuk logistik dan konektivitas harus benar-benar dirasakan masyarakat. Sehingga ongkos pengiriman barang antarprovinsi tidak mahal dan harga jual barang di tempat atau daerah penerima barang bisa ditekan dan murah.
"Ekonomi kita masih didominasi konsumsi sebanyak 60 persen. Pada situasi sekarang sebaiknya ditumbuhkan lebih tinggi dari 60 persen, dan problem Jatim yang serius adalah 36,49 persen sektor pertanian hanya memperoleh share sebesar 14,18 persen. Ini harus dinaikkan jadi 17 persen di industri primer," katanya.
Oleh karena itu, Pakde meminta agar bupati dan wali kota melakukan upaya pada bidang pertanian, dan kalau ingin membantu Jatim daya beli harus dinaikkan sehingga konsumsi naik, industri jalan dengan kebijakan yang bagus dan solutif.
Pakde juga berharap, agar bupati dan wali kota di Jatim mendorong pengemasan produk beberapa UMKM daerah, agar tidak kalah dengan produk dari beberapa negara.
"Kalau ini tidak dilakukan, kita dalam posisi yang tidak bagus. Saat ini impor mesin kita dari Singapore ngedrop 37 persen. Impor bahan baku dan penolong kita 79,83 persen. Maka kesempatan baik untuk memperbaiki mesin pengemasan pada industri pengolahan," katanya.
Sementara itu, berdasarkan data Pemprov Jatim pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat pada Triwulan IV tahun 2016 diperkirakan tumbuh antara 5,5 ¿ 5,9 persen, dan pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,6 persen.
"Pertumbuhan pada tahun 2016 dipengaruhi beberapa faktor seperti konsumsi, investasi, ekspor impor dan kebijakan pemerintah, ditambah indeks tendensi konsumen yang tercatat mencapai 107,35, yang berarti share konsumsi masih dominan," katanya.(*)
Pertumbuhan Ekonomi Jatim 2017 Diprediksi 5,7 Persen
Selasa, 6 Desember 2016 20:59 WIB
Saya optimistis kondisi ekonomi Jatim pada 2017 akan berjalan sangat bagus, dan diperkirakan tumbuh 5,6-5,7 persen, dan konsumsi masyarakat tetap stabil, karena faktor eksternal berupa kondisi aman dan nyaman yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jatim