Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan bahwa Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) 2017 tetap fokus pada pengurangan kemiskinan di wilayahnya, baik pedesaan maupun perkotaan.
"Salah satu yang menjadi substansi dalam RAPBD 2017 yaitu fokus terhadap program pengurangan kemiskinan maupun pengangguran," ujarnya di sela membacakan pengantar nota keuangan Raperda tentang APBD 2017 di Gedung DPRD Jatim di Surabaya, Senin.
Selain itu, substansi lainnya adalah program peningkatan mutu pelayanan dasar antara lain program BOSDA, MADIN, Jamkesda, pengembangan taman Posyandu dan Ponkesdes, serta pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui SMK mini.
Tidak itu saja, pihaknya juga konsentrasi melakukan pengembangan industri dan perdagangan melalui misi dagang dan kantor perwakilan dagang, pengembangan koperasi dan UMKM, peningkatan kedaulatan pangan, peningkatan infrastruktur, serta kemaritiman dan kelautan.
Berdasarkan data yang dimiliki Pemprov Jatim, jumlah penduduk miskin di Jatim mengalami penurunan sebesar 0,23 persen, yaitu dari 12,28 persen pada September 2015 menjadi 12,05 persen pada Maret 2016.
Begitu juga tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 yang juga turun sebesar 0,17 persen menjadi 4,14 persen dibanding Februari 2015, yaitu 4,31 persen.
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, dari September 2015 sampai dengan Maret 2016, tingkat kemiskinan di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,47 persen atau sebesar 52.360 jiwa, yaitu 8,19 persen atau sebesar 1.524.620 jiwa pada September 2015 menjadi 7,94 persen atau sebesar 1.518.790 jiwa pada Maret 2016.
"Untuk penduduk miskin di perkotaan turun, tapi di pedesaan mengalami kenaikan 0,17 persen. Sedangkan untuk penurunan tingkat pengangguran terbuka yang 'kontinyu' ini diharapkan dapat mencapai target yang ditetapkan Pemprov Jatim yaitu sebesar 3 persen," katanya.
Sementara itu, kondisi makro ekonomi global yang masih tidak menentu saat ini dinilainya turut mempengaruhi struktur Raperda tentang APBD Jatim 2017, namun perkembangan ekonomi global 2017 diproyeksikan mengalami perbaikan dibanding 2016.
Dengan pertimbangan tersebut, kata dia, terdapat beberapa asumsi dasar ekonomi makro sebagai basis perhitungan APBN 2017, yakni pertama pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan mencapai 5,3 persen, kedua terkait inflasi 2017 diperkirakan terkendali pada kisaran empat persen.
Berikutnya ketiga yaitu nilai tukar rupiah akan stabil pada kisaran Rp 13.300 per dolar AS, keempat tentang suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan diperkirakan 5,3 persen.
Kelima adalah harga minyak mentah Indonesia sebesar 45 dolar AS per barel, keenam tentang lifting minyak mentah Indonesia sebesar 780 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.150 ribu barel setara minyak per hari.
Di sisi lain, adapun kekuatan RAPBD 2017 yaitu pendapatan daerah Rp23,520 triliun lebih yang terdiri dari pendapat asli daerah (PAD) sebesar Rp14,844 trilun, dengan dana Perimbangan Rp8,675 triliun, sedangkan belanja daerah kekuatannya mencapai Rp23,827 triliun. (*)