Bondowoso (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, membentuk dan mengaktifkan
Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG) sebagai
bentuk pengawasan terhadap kelompok petani kopi di Kawasan Lereng Gunung
Ijen dan Lereng Gunung Raung untuk menjaga kualitas kopi tetap terjaga.
"PMPIG kami bentuk setelah Bondowoso mendapatkan sertifikat
indikasi geografis, yakni Kopi Java Ijen Raung," ujar Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Kabupaten Bondowoso Muhammad
Erfan di Bondowoso, Selasa.
Ia mengemukakan, selain pemerintah daerah setempat membentuk PMPGI
juga didukung oleh satuan pengawasan internal (SPI) pada kelompok petani
kopi di Kawasan Gunung Raung tersebut. Tujuannya tetap menjaga kualitas
kopi arabika yang sudah terpilih menjadi salah satu kopi spesial di
dunia.
Dengan mengaktifkan PMPGI dan SPI, kata dia, nantinya akan
memudahkan pemerintah daerah serta kelompok petani melakukan pengawasan
jika ada kopi petani yang tidak sesuai kualitas maka akan diketahui
sejak dini. Sehingga citra kopi di Bondowoso akan tetap terjaga
kualitasnya.
"Langkah kami lainnya yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
(Puslitkoka) Jember akan memprakarsai akan ada royal kafe dari Amerika
yang akan datang ke Bondowoso melihat kualitas kopi. Kalau kualitas kopi
disini cocok dengan harga premium dibelinya lebih mahal, yakni selisih
Rp6.000 per kilogramnya," katanya.
Erfan menuturkan bahwa jika nantinya kualitas kopi arabika
Bondowoso cocok dan dibeli lebih mahal, dan dalam satu ton kopi, petani
dapat tambahan laba sekitar Rp6.000.000.
Saat ini harga umum kopi arabika yaitu, Rp60.000 per kilogram. Akan
tetapi jika stok mulai menipis harga kopi akan melonjak naik hingga
Rp100.000 per kilogramnya. Dan kopi arabika sudah tembus ke pasar Eropa
Barat, Korea, Australia dan Malaysia serta sejumlah negara lainnya.
"Luasan tanaman kopi arabika di Kecamatan Sempol, Bondowoso
sampai saat ini sudah mencapai 14 ribu hektare. Sedangkan luasan lahan
kopi jenis robusta lebih sedikit, yakni 5.200 hektare. Luasan lahan kopi
disini berkembang pesat karena pada Januari 2015 luasan kopi masih
2.150 hektare," tuturnya.
Penambahan luasan lahan untuk kopi, lanjut dia, karena permintaan
terus meningkat sehingga harus memperluas lahan tanaman untuk kopi yang
secara kebetulan Perhutani memberikan jalan untuk kolaborasi di wilayah
hutan dan hal tersebut juga saling menguntungkan antara masyarakat
dengan Perhutani .
"Kelompok petani kopi di Bondowoso jumlahnya sekitar 40 kelompok di
kopi arabika, sementara kelompok petani kopi robusta hanya 17 kelompok.
Oleh karena itu pada tahun ini sudah banyak petani kopi robusta yang
beralih ke kopi arabika," ujarnya.
Dari data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso, pada 2015
jumlah produksi kopi arabika mencapai 1.500 ton, 800 ton diantaranya
untuk eksport dan 700 ton lainnya dikonsumsi dalam negeri. Dan pada
panen 2016 menargetkan bisa sampai 2.000 ton kopi arabika. (*)
Pemkab Bondowoso Bentuk PMPIG Untuk Pengawasan Kopi Petani
Selasa, 26 Juli 2016 15:37 WIB