Tulungagung (Antara Jatim) - Ratusan pabrik gula tebu rumahan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
bangkrut (gulung tikar) akibat kalah bersaing serta fluktuasi harga jual
yang rendah sehingga tidak mencukupi perputaran dana modal usahanya.
"Pantauan kami, ada separuh lebih pengusaha gula tebu yang
pabriknya terpaksa ditutup karena harga (jual) yang tidak bagus," kata
Hariadi, Ketua Paguyupan Pengusaha dan Perajin Gula Tebu di Kabupaten
Tulungagung, Jumat.
Di wilayah Kecamatan Sumbergempol yang menjadi sentra industri gula
tebu swasta atau rumahan, kata Hariadi, dari 400-an unit industri kini
diperkirakan tinggal 200-an yang berhahan.
Sementara di lingkup Tulungagung, total industri gula tebu swasta
yang sempat tumbuh sekitar 600-an unit, termasuk yang ada di wilayah
Kecamatan Sumbergempol.
"Dengan asumsi yang sama, jumlah industri yang bertahan sekarang paling banter cuma 300-an unit," ujarnya.
Menurut dia, sebagian unit usaha/industri gula tebu rumahan yang
masih bertahan termasuk miliknya dikarenakan telah memiliki pasar
sendiri.
"Masalahnya tidak semua perajin dan pengusaha gula tebu memiliki
akses pasar langsung. Sebagian masih melalui jalur broker atau pengepul,
itupun terkadang tangan kedua atau bahkan ketiga," ujarnya.
Ia mencontohkan harga jual gula tebu cetak hasil produksinya.
Dengan asumsi rendemen 8 pada tebu hasil panenan petani saat ini,
Hariadi mengatakan harga jual gula tebu cetak kini stagnan di angka
Rp11.500 per kilogram.
"Itu harga pasar karena kebetulan saya bisa mengakses langsung
pasar gula tebu di Jawa Tengah, Jawa Barat maupun Jakarta. Namun bagi
perajin atau pengusaha yang tidak memiliki akses langsung, harga jual
paling hanya sekitar Rp9.200 hingga Rp9.500 per kilogram," ujarnya.
Sementara untuk harga gula tebu garuk atau noncetak untuk memenuhi
kebutuhan pabrikan (diolah menjadi produk kecap maupun industri makanan
olahan berskala besar) justru lebih rendah yakni di kisaran Rp9.500 per
kilogram karena kualitas yang juga lebih rendah, kata Hariadi.
"Harga gula tebu untuk segmen pasar umum dengan pabrikan memang berbeda," katanya.
Di tempat usaha pengolahan gula tebu milik Hariadidi Sumbergempol,
sehari bisa mengolah tebu menjadi gula tebu sekitar 2 ton.
Ia mengirim gula hasil olahannya setiap sepekan sekali dengan
volume mencapai 7-8 ton dengan pangsa pasar di Purwokerto, Cirebon,
Bandung serta Jakarta. (*)
Ratusan Perajin Gula Tebu Tulungagung Gulung-Tikar
Jumat, 22 Juli 2016 17:18 WIB
"Masalahnya tidak semua perajin dan pengusaha gula tebu memiliki akses pasar langsung. Sebagian masih melalui jalur broker atau pengepul, itupun terkadang tangan kedua atau bahkan ketiga," ujarnya.