Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyosialisasikan pemanfaatan kabel standar nasional Indonesia (SNI) di jaringan listrik PLN rumah warga, untuk menghindari kejadian kebakaran rumah, disebabkan hubungan arus pendek listrik.
"Sosialisasi pemanfaatan kabel standar di rumah warga kami sampaikan melalui perangkat desa, dalam pelatihan bencana, " kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Rabu.
Menurut dia, pelatihan bencana dengan peserta perangkat desa di 430 desa/kelurahan itu, sudah berjalan di enam lokasi, sejak beberapa waktu lalu.
"Masing-masing desa/kelurahan mengirimkan satu perangkat desa untuk mengikuti pelatihan bencana," jelas dia.
Di dalam pelatihan bencana itu, menurut dia, fokusnya yaitu pemanfaatan kabel SNI, untuk mengurangi kejadian kebakaran di rumah warga, selain materi lainnya tentang kebencanaan.
Ia mengharapkan perangkat desa bisa meneruskan materi pelatihan bencana itu, kepada warga di desanya masing-masing, agar warganya bersedia mengganti kabel rumahnya yang tidak standar, dengan kabel SNI.
"Banyak rumah warga terutama di pedesaan yang memanfaatkan kabel listrik PLN tidak standar. Warga lebih memilih kabel listrik PLN yang tidak standar, karena harganya lebih murah," paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan dalam kejadian kebakaran rumah di daerahnya, yang terjadi selama ini, sebagian besar disebabkan hubungan arus pendek listrik, selain tungku perapian, bisa dapur, juga lainnya, dan kompor gas.
Dengan demikian, pemanfaatan kabel SNI di rumah menjadi penting, sebagai usaha mengurangi angka kejadian kebakaran rumah warga.
"Kalau memang hasil evaluasi mendatang angka kebakaran, yang disebabkan hubungan arus pendek listrik masih tinggi, maka sosialisasi akan kami lakukan langsung ke rumah warga," katanya, menegaskan.
Data di BPBD, sejak Januari sampai April, telah terjadi 15 kali kejadian kebakaran, mulai rumah, warung, juga bangunan lainnya di 15 desa di sembilan kecamatan, antara lain, Kecamatan Temayang, Padangan, Malo dan kota.
Dalam kejadian kebakaran itu, tidak ada korban jiwa, tapi mengakibatkan kerugian sebesar Rp256,5 juta.
Tahun lalu, telah terjadi 24 kejadian kebakaran, mulai rumah, warung, kebun, ladang tebu, juga bangunan lainnya, di 19 desa yang tersebar di 13 kecamatan. Dalam kejadian kebakaran itu, mengakibatkan empat orang meninggal dunia, dan puluhan kambing terbakar, dengan kerugian mencapai Rp322 juta. (*)