Bojonegoro (Antara Jatim) - Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Suyoto, mengatakan rencana pembuatan pintu air Kali Inggas di Desa Lebaksari, Kecamatan Baurno, untuk mengamankan tanaman padi di Kecamatan Baureno dan Kanor, terhambat pemanfaatan tanah di wilayah Tuban.
"Masih sulit pembuatan pintu Kali Inggas direalisasikan, sebab ada tanah yang harus dibebaskan, tapi masuk wilayah Tuban," katanya, di Bojonegoro, Senin.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Edi Susanto, yang menyebutkan usulan petani di Kecamatan Baureno, terkait pembangunan pintu air yang disampaikan kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman sulit direalisasikan.
"Sulit bisa segera direalisasikan, sebab harus ada tanah di Tuban untuk lokasi pelurusan sungai, tapi Pemkab Tuban belum bersedia membebaskan," katanya, menegaskan.
Apalagi, menurut dia, pembangunan pintu air di Desa Lebaksari, akan sia-sia, kalau di lokasi setempat tidak dibangun tanggul kanan Bengawan Solo.
Ia memperkirakan tanggul yang harus dibangun di daerah setempat sepanjang 9 kilometer, untuk meneruskan tanggul di Kecamatan Kanor, sepanjang 16 kilometer, yang sudah terbangun.
Sampai saat ini, lanjut dia, Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, belum ada tanda-tanda melanjutkan membangun tanggul kanan Bengawan Solo di wilayah setempat.
"Kalau tanggul tidak dibangun air masih bisa masuk lewat sampingnya, meskipun pintu air di Lebaksari dibangun," jelas dia.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dua hari lalu, di Bojonegoro, menyatakan, mendukung usulan pembangunan pintu air di Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, yang disampaikan Kepala Dinas Pertanian Akhmad Djupari, karena bisa mengamankan tanaman padi.
"Kami sangat mendukung, sebab dengan hanya Rp22 miliar untuk membangun pintu air bisa kerugian tanaman padi mencapai Rp800 miliar," ucapnya.
Menurut Akhmad Djupari, di Kecamatan Kanor dan Baureno, terdapat lahan pertanian seluas 3.252 hektare, yang menjadi langganan banjir luapan Bengawan Solo dan anak sungainya. Setiap Bengawan Solo meluap, maka airnya masuk melalui Kali Inggas, dan merendam tanaman padi di kedua kecamatan itu.
"Saat ini petani di Kecamatan Baureno dan Kanor, dianjurkan ikut asuransi. Sedangkan bagi petani yang tanaman padinya rusak akibat banjir memperoleh bantuan benih dari APBN 2016," paparnya.
Ia menambahkan dampak bencana banjir yang terjadi tahun ini, dari luas tanaman padi 75.786 hektare, yang rusak berat 603 hektare, rusak sedang 750 hektare dan rusak ringan 585 hektare.
"Perkiraan kerugian mencapai Rp15 miliar, akibat rusaknya tanaman padi," ucapnya, menambahkan. (*)