Surabaya (Antara Jatim) - Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof.
Johan Silas menilai pengelolaan lingkungan di Kota Surabaya lebih baik
daripada di Singapura.
"Dibanding Singapura, Surabaya lebih baik, karena di sana dilakukan
dengan banyak mengenakan denda. Sedangkan di Surabaya tidak," kata
Johan Silas di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Kota Surabaya sangat layak menerima kembali
penghargaan Adipura Kencana. Sebab, keunggulan inovasi lingkungan di
Kota Pahlawan jauh meninggalkan kota besar lainnya di Republik ini.
Keunggulan yang dimiliki Surabaya di antaranya mengubah sampah
menjadi energi (waste to energy), dan ruang terbuka hijau (RTH) yang
melebihi persyaratan undang-undang, yakni sekitar 32-33 persen, serta
inovasi lingkungan lainnya.
"Inovasi lingkungan seperti mengubah bekas TPA Keputih menjadi taman bunga, itu juga prestasi luar biasa," katanya.
Tak hanya itu, lanjut dia, di Kota Pahlawan ada kampung-kampung
unggulan melalui program "Green and Clean". Menurut Silas, saat ini ada
sekitar 28 kampung unggulan, di mana selain aspek pengelolaan
lingkungannya bagus, pemberdayaan ekonominya juga jalan.
"Ada kampung dinamo, lontong, tas, dan sebagainya," ujar Guru Besar ITS ini.
Dia mengakui semasa Tri Rismaharini menjadi Wali Kota Surabaya,
pembangunan di sektor lingkungan gencar dilakukan. Tiap tahun
menurutnya, pemerintah kota membangun hutan kota, dan jalan-jalan di
beberapa kawasan kota yang dilindungi oleh pohon dan taman.
Bahkan, di sekitar taman juga dilengkapi fasilitas air bersih yang
bisa dimanfaatkan untuk anak-anak warga kota bermain. "Bu Risma tidak
ingin anak-anak sakit, karena airnya tercemar. Makanya airnya bersih,
seperti di Taman Mundu, Bungkul, dan di Balai Kota," jelasnya.
Silas menambahkan prestasi Kota Surabaya meraih Adipura Kencana itu
tidak bergantung pihak luar. Anggaran yang digunakan, sebutnya,
sebagian besar berasal dari kemampuan APBD Surabaya.
"Prestasi Surabaya tidak bergantung pada pemerintah pusat atau
konsultan," ujar alumnus arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB)
itu.
Dia juga mengatakan, prestasi Surabaya dalam bidang pengelolaan
lingkungan hingga memperoleh penghargaan Adipura Kencana kelima kalinya
tahun ini, nilai paling tinggi diperoleh pada pengelolaan sampah menjadi
energi.
Seperti di TPA Benowo, dari sampah yang masuk bisa menghasilkan
energi listrik sebesar 2 megawatt. Sedangkan di rumah kompos Bratang,
bisa menghasilkan listrik sebesar 1 megawatt.
"Di Bratang, selain di rumah kompos, Taman Flora sebagian listriknya dari pengolahan kompos itu," ujarnya.
Untuk mengubah sampah menjadi energi listrik, lanjut Silas, memang
membutuhkan waktu yang tak singkat. Di TPA Benowo, dia memperkirakan
proses tersebut membutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
"Inovasi seperti ini tidak ada di kota-kota lain di Indonesia," tuturnya.
Bahkan, dalam pengelolaan sampah di TPA, menurutnya, dilakukan
secara digital menggunakan sistem teknologi informasi. "Wali kota atau
kepala dinas tiap hari bisa mengetahui seberapa besar sampah yang masuk,
dan berapa bayarnya," kata dia.
Untuk kemudahan dalam pengelolaan sampah, kata Silas, selama ini
pemerintah kota mendirikan super depo dan mega depo yang fungsinya
memisahkan sampah organik dan anorganik. "Jika super depo bekerja sama
dengan Kitakyusu Jepang, sedangkan mega depo murni pemerintah kota,"
ujarnya.
Silas juga menyebut pengelolaan lingkungan di Kota Surabaya tak
kalah dengan beberapa kota di negara ASEAN. Bahkan, menurutnya,
pengelolaan lingkungan di Surabaya lebih baik daripada Singapura.
Sementara itu, Tri Rismaharini yang saat ini menjadi Calon Wali
Kota berpasangan dengan Cawawali Whisnu Sakti Buana di Pilkada Surabaya
2015 mengatakan, penghargaan Adipura Kencana 2015 merupakan bukti kerja
keras seluruh elemen di Kota Surabaya. Khususnya peran serta masyarakat
yang aktif menciptakan lingkungan bersih.
"Ini kerja kolektif seluruh elemen, bukan hanya pasukan kuning, dan
pemerintah kota. Masyarakat juga ikut bergerak, karena penilaiannya
komplet dan menyeluruh," jelas Risma.
Selain TPA dan taman-taman, yang masuk penilaian adalah lingkungan
perumahan, sekolah, kantor pemkot/kecamatan, puskesmas, pasar, dan
stasiun. "Semua dinilai, bukan hanya lingkungan di jalan-jalan,"
ujarnya.(*)
Pakar : Pengelolaan Lingkungan Surabaya Unggul Dari Singapura
Selasa, 24 November 2015 18:51 WIB
Dibanding Singapura, Surabaya lebih baik, karena di sana dilakukan dengan banyak mengenakan denda. Sedangkan di Surabaya tidak