Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep mencatat daerah tersebut mengalami inflasi sebesar 0,86 persen pada Juli 2015 yang berarti melampaui inflasi di tingkat regional (Jawa Timur) sebesar 0,51 persen.
"Di tingkat Nasional pun mengalami inflasi, yakni sebesar 0,93 persen," ujar Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Selasa.
Di Sumenep, enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi pada Juli 2015 dan satu kelompok, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami deflasi, yakni 0,02 persen.
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,75 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,26 persen; dan kelompok sandang sebesar 0,66 persen.
Tiga kelompok lainnya juga mengalami inflasi, yakni kelompok kesehatan sebesar 0,12 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,06 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,36 persen.
"Di Sumenep, komoditas yang memberikan andil besar terjadinya inflasi pada Juli 2015, di antaranya beras, daging sapi, cabai rawit, daging ayam kampung, dan angkutan antarkota," kata Suparno, menerangkan.
Sementara komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi, di antaranya bawang merah, telur ayam ras, emas perhiasan, tomat sayur, bawang putih, dan gula pasir.
"Operasi pasar yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan dilaksanakan di 38 kota/kabupaten pada Ramadhan 1436 Hijriyah (16/6-15/7) mampu membuat harga gula pasir turun," ujarnya.
Suparno juga mengemukakan, delapan kota/kabupaten yang menjadi lokasi survei indeks harga konsumen di Jawa Timur mengalami inflasi pada Juli 2015.
"Semuanya mengalami inflasi. Jember sebesar 0,94 persen, Banyuwangi sebesar 0,62 persen, Kediri sebesar 0,52 persen, Malang sebesar 0,57 persen, Probolinggo sebesar 0,70 persen, Madiun sebesar 0,83 persen, dan Surabaya sebesar 0,38 persen," katanya. (*)