Merayakan Idul Fitri 2015 dirasakan sangat berbeda oleh anak-anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang sekarang tinggal di Australia Selatan.
Mereka punya cara tersendiri untuk menikmati "hari kemenangan" setelah sebulan penuh berpuasa dengan melawan musim dingin.
Misalnya, Raissa Azalia Mustafa (12) yang dua tahun sebelumnya selalu mudik dari Jakarta ke Lamongan atau ke Sambas (Kalimantan Barat), tempat kedua orang tuanya dibesarkan. Namun, sekarang harus jauh dari kerabatnya.
"Di Indonesia, kalau mudik ke kampung meriah sekali. Setiap lebaran banyak teman, banyak angpao (duit) dan bisa makan kue kampung yang enak-enak," kenang Raissa.
Tapi, ia masih merasa beruntung. Dibandingkan dengan tahun lalu, lebaran sekarang bisa berkumpul dengan teman-teman main sesama WNI yang berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia.
Hal tersebut dimungkinkan karena WNI Diaspora dan para pelajar yang tinggal di sekitar Adelaide menghelat Halalbihalal dengan melibatkan anak-anak mereka dalam menampilkan kebolehan di hadapan seratusan pengunjung.
Kegiatan tersebut digelar komunitas Kajian Islam Adelaide (KIA) di Flinders University, Australia Selatan, Sabtu (18/7/2015) siang.
"Senang juga sih lebaran kali ini. Bisa menari Saman dan setelah itu bermain bersama teman-teman," sambung Raissa yang ikut tampil membawakan tarian asal Aceh itu.
Selain Raissa, kebahagiaan lebaran juga tampak terpancar pada wajah Fathi Fauzan Pakkanna yang mempertunjukkan bakatnya sebagai dai cilik di hadapan teman-teman sebaya dan pengunjung dewasa.
Lelaki kecil berusia 12 tahun ini dengan gaya berpidato yang mengundang tawa pengunjung, fasih melafalkan berbagai ayat al-Quran dan Hadits beserta artinya seputar makna lebaran dan bagaimana mensyukuri nikmat Tuhan.
"Apabila mendapat nikmat, bersyukurlah; jika terkena musibah, bersabarlah," demikian Fauzan mengutip salah satu anjuran yang tertera dalam al-Quran yang disimak pengunjung
Dalam kesempatan itu, Ketua KIA Dwi Irnando menyampaikan kegiatan itu digelar sebagai ajang silaturahmi dan saling memaafkan.
Selain itu, dia juga memberikan penjelasan tentang komunitas Muslim WNI yang mulai tahun 2015 digawangi.
"Kajian Islam Adelaide atau KIA yang berdiri sejak 2008 itu menjadi wadah silaturahmi mempertemukan berbagai umat Islam Indonesia yang berada di Australia Selatan," ucapnya.
Acara yang dikemas secara santai itu juga dihibur kelompok rebana Elmusafir yang membawakan lagu-lagu Islami yang berbahasa Arab seperti Shalawat untuk Rasul (Muhammad) maupun lagu religius berbahasa Indonesia.
Bahkan, mereka juga membawakan lagu daerah seperti Manuk Dadali (Jawa Barat).
Sebagai pelengkap acara, makanan yang disajikan juga khas lebaran seperti opor ayam, ketupat, rendang, dan berbagai jenis makanan Indonesia lainnya. Mereka pun menikmati lebaran layaknya di Indonesia.
Lebaran di Lebanon
Pengalaman yang kurang lebih sama juga dirasakan awak KRI Sultan Iskandar Muda (SIM) - 376 yang tergabung dalam Misi Pasukan Perdamaian MTF TNI Konga XXVIII-G/UNIFIL PBB.
Mereka juga menjalani ibadah puasa dan merayakan Lebaran 2015 atau Idul Fitri 1436 Hijriah di KBRI Lebanon.
Perwira Penerangan Satgas MTF Kontingan Garuda (Konga) XXVIII-G/UNIFIL dalam surat elektronik dari Lebanon (18/7) melaporkan bahwa perayaan Idul Fitri 2015 mempunyai makna tersendiri bagi prajurit KRI SIM-367.
Hal itu karena ibadah di bulan Ramadhan kali ini dijalani dengan tantangan yang cukup berat yakni hampir sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa di daerah operasi lautan Mediterania dengan cuaca tidak menentu dan hantaman gelombang bisa datang sewaktu-waktu.
Selain itu, juga harus menyesuaikan waktu puasa yang lebih lama dibandingkan dengan waktu puasa di Tanah Air yaitu 17 jam.
Yang tidak kalah berat lagi adalah melaksanakan ibadah yang jauh dengan keluarga yang dicintai.
Namun, di tengah kondisi yang sulit tersebut, para prajurit yang beragama Islam tetap melaksanakan kewajiban untuk menjalani ibadah sebagaimana layaknya di Tanah Air.
Mereka berpuasa, melaksanakan sahur dan buka bersama, Shalat Tarawih berjamaah serta mampu mengkhatamkan al-Quran melalui tadarrus bersama selepas tarawih.
Dalam perayaan Idul Fitri pun, prajurit KRI SIM 367 mendapat kehormatan untuk mengikuti Shalat Idul Fitri di KBRI Lebanon bergabung dengan WNI yang berada di Lebanon.
Bahkan, Shalat Idul Fitri di KBRI itu dengan khatib dipimpin langsung Duta Besar RI luar biasa dan berkuasa penuh(Dubes RI LBBP) untuk Lebanon H Achmad Chozin Chumaidy.
Selepas shalat dan khutbah yang mengupas tentang Idul Fitri sebagai momentum menambah iman dan takwa itu, seluruh warga negara Indonesia yang hadir di KBRI langsung berdiri dan saling bermaaf-maafan.
Acara yang juga dilanjutkan dengan Halalbihalal itu dihadiri DMTF-COS Kolonel Laut (P) Dato Rusman, Komandan KRI SIM-367 yang juga sebagai Komandan Satgas MTF Letkol Laut (P) IGP Alit Jaya didampingi oleh beberapa staf dan Letkol Inf Jayadi yang mewakili Komandan Kontingen Garuda beserta perwakilan dari anggota satgas, serta para mahasiswa Indonesia yang studi di Lebanon.
Setelah beramah tamah dalam suasana haru dan penuh akraban itu, acara diakhiri dengan Shalat Jumat bersama di Masjid Al Amin Beirut Lebanon
Yang menyenangkan, suasana juga dimeriahkan dengan hidangan khas lebaran dari Tanah Air yaitu rendang, opor ayam dan ketupat.
Ada juga sambal goreng rempelo ati, pindang, telor, makanan dan minuman, ada juga kue-kue khas Lebaran Indonesia yang dibuat oleh ibu-ibu PKK KBRI Beirut.
Suasana tersebut sejenak mampu mengobati kerinduan para prajurit yang harus merayakan Idul Fitri yang jauh dari sanak keluarga di kampung halaman.
Alhasil, suasana Ramadan dan Idul Fitri di Australia dan Lebanon pun layaknya di Tanah Air. (*)
Ketika Anak-Anak WNI Berlebaran di Australia
Selasa, 21 Juli 2015 6:26 WIB
Di Indonesia, kalau mudik ke kampung meriah sekali. Setiap lebaran banyak teman, banyak angpao (duit) dan bisa makan kue kampung yang enak-enak