Bawang Putih Picu Inflasi Jatim Selama Februari
Jumat, 1 Maret 2013 13:01 WIB
Surabaya - Komoditas bawang putih memicu terjadinya inflasi Jawa Timur pada bulan Februari 2013 sebesar 0,97 persen karena adanya kenaikan harga pada sub bumbu-bumbuan 13,12 persen dibandingkan bulan lalu.
"Sumbangan inflasi yang sangat signifikan pada sub tersebut seperti tomat sayur dan bawang merah," kata Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Irlan Indrocahyo di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, sub itu termasuk pada kelompok bahan makanan yang menyumbang inflasi sebesar 0,63 persen. Pada bulan Februari lalu, sub kelompok lain yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi Jatim yakni sub kelompok sayur-sayuran atau menyumbang 0,15 persen.
"Secara umum, dari tujuh kota indeks harga konsumen di Jatim semua wilayah mengalami inflasi," ujarnya.
Posisi inflasi tertinggi, ungkap dia, terjadi di Surabaya 1,03 persen. Diikuti Sumenep 1 persen, Jember 0,95 persen, Kediri 0,94 persen, Malang 0,88 persen, Probolinggo 0,86 persen, dan terendah di Madiun 0,75 persen. Inflasi Jatim pada bulan Februari 2013 terjadi karena sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan peningkatan harga kelompok bahan makanan sebesar 2,71 persen.
"Kelompok perumahan 1,37 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,50 persen, kelompok kesehatan 0,31 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,09 persen, dan kelompok transpor-komunikasi-jas/keuangan 0,06 persen. Sementara, kelompok sandang justru mengalami deflasi 1,05 persen," ujarnya.
Komoditas pemberi sumbangan terbesar terjadinya inflasi, jelas dia, bawang putih, tomat sayur, tarif listrik, bawang merah, ongkos tukang (bukan mandor), kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga, batu bata, jagung muda, dan nasi.
"Namun, pemberi sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah emas perhiasan, tarif kereta api, ketimun, kacang panjang, ikan bandeng, cumi-cumi, cabai merah, udang basah, dan labu siam/jipang," tuturnya.
Dari enam ibu kota provinsi di Jatim, tambah dia, semua kota mengalami inflasi. Peringkat tertinggi di Serang sebesar 1,10 persen. Diikuti Bandung dan Surabaya yang masing-masing sebesar 1,03 persen.
"Lalu Yogyakarta 0,93 persen, Semarang 0,90 persen, dan inflasi terendah terjadi di Jakarta 0,65 persen," tukasnya.
Di sisi lain, sebut dia, dari 66 kota IHK secara nasional maka 60 kota di antaranya inflasi dan enam lainnya mengalami deflasi. Lima kota dengan inflasi tertinggi tampak di Jayapura 3,15 persen, Lhokseumawe 1,78 persen, Manado 1,30 persen, Cilegon 1,23 persen, dan Denpasar 1,19 persen.
"Kalau deflasi tertinggi di Ambon 2,29 persen, Maumere 0,92 persen, Kendari dan Palangkaraya masing-masing sebesar 0,10 persen, serta Gorontalo 0,06 persen," katanya.
Mengenai laju inflasi tahun kalender (Desember 2012-Februari 2013), lanjut dia, di provinsi ini mencapai sebesar 1,96 persen sedangkan laju inflasi "year on year/yoy" antara Februari 2013-Februari 2013 sebesar 5,89 persen.(*)